Membuat dan Memasang Bronjong untuk Tindakan Penanganan Darurat Bencana oleh Masyarakat

19.01



Cara dan Pembuatan serta Pemasangan Bronjong sebagai alat untuk penanggulangan kerusakan akibat banjir, tebing sungai longsor, saluran irigasi yang jebol. yang dapat dilakukan swadaya oleh masyarakat.
Membuat dan Memasang Bronjong
untuk Tindakan Penanganan Darurat Bencana oleh Masyarakat


Akibat dari daya rusak air salah satunya adalah terban atau longsornya tepi sungai atau bantaran sungai, dapat menjadi bencana bila daerah bantaran sungai dihuni oleh penduduk atau merupakan sawah yang diusahakan oleh masyarakat, sehingga penanganan secara dini dapat menggunakan bronjong yang dibuat dari bahan sederhana seperti bambu atau dapat memohon bantuan kawat bronjong siap pasang dari Dinas PSDA Propinsi Sumatera Barat.
Berikut merupakan cara-cara dan upaya penanganan pembuatan dan pemasangan bronjong.

Apakah Bronjong itu?

Bronjong merupakan sebuah anyaman dari belahan-belahan bambu atau kawat-kawat atau bahan-bahan lain yang diisi dengan batu-batu untuk maksud tertentu.
Bronjong dapat dipergunakan untuk:
        Melindungi dan memperkuat tebing tanah, baik lereng sungai maupun lereng tanggul.
        Menjaga tepi sungai terhadap arus aliran air dan usaha menjauhkan arus aliran air dari tepi sungai yang merusak tebing-tebingnya.
        Membuat bendung untuk meninggikan taraf muka air.
        Dan lain sebagainya.

Berdasarkan atas bahan yang dipakai, bronjong terdiri atas bronjong bambu, bronjong kawat dan lain sebagainya.
Sedangkan berdasarkan atas bentuknya, bronjong ada yang berbentuk bulat (berbentuk silinder), bronjong matras dan lain sebagainya. Bangunan bronjong bersifat sementara bukan konstruksi kekal (permanen).
Kekuatan bronjong tergantung dari bahan-bahan yang dipakai untuk bronjong, benda-benda yang hanyut melalui bronjong, agresif atau tidaknya dari air yang mengalir di situ, adanya gangguan-gangguan dan baik tidaknya pembuatan, pemasangan dan pemeliharaan  bronjong-bronjong itu.

Bronjong Bambu




Bronjong bambu dibuat dari anyaman belahan bambu-bambu, biasanya berbentuk silinder diisi dengan batu-batu. Garis tengah bronjong bambu biasanya diambil 0.40 – 0.50 m. Apabila garis tengahnya diambil lebih besar, batu-batu dalam bronjong tidak begitu kompak dan bronjong lebih mudah rusak.
Bronjong bambu dapat tahan + 1 tahun, bila keadaan menguntungkan, pemeliharaan dan perbaikannya dilakukan pada waktunya dengan baik, maka bronjong bambu dapat tahan lebih lama. Bronjong bambu biasa dipergunakan untuk pekerjaan-pekerjaan sederhana oleh desa, karena bambu mudah didapat, harganya murah dan pada umumnya dapat dikerjakan oleh setiap orang.

Bronjong Kawat
Bahan yang dipakai untuk bronjong kawat di Indonesia biasanya kawat telepon dengan diameter 3 atau 4 dan kalau perlu 5 mm. Kawat yang biasa dipakai untuk bronjong ialah kawat dengan 4 mm, karena cukup kuat dan masih mudah untuk dianyam dengan tangan.
Keuntungan bronjong kawat:
             Cukup tahan lama.
             Fleksibel, jadi dapat mengikuti perubahan keadaan.
             Tidak memerlukan drainase.
             Dapat dikerjakan oleh setiap pekerja yang terlatih dan untuk mengisi bronjong dapat dipakai batu kali atau batu pecahan dan pula dapat dikerjakan dalam waktu pendek.

Mata anyaman kawat yang merupakan lubang-lubang dari anyaman bronjong berbentuk segi enam, dibuat sedemikian rupa hingga lingkaran dalam dari lubang itu tidak lebih besar daripada ukuran rata-rata dari batu yang akan dipergunakan dan pada umumnya dapat diambil  + 13 cm atau panjang sisi-sisi segi enam + 7,5 cm (hexagonal).
Untuk mendapatkan anyaman yang kuat dan mudah dikerjakan serta tidak memboroskan bahan kawat, maka dianjurkan cara menganyam 3 kali lilitan dan satu kawat berjalan searah (lihat gambar 1).


Tiap-tiap lilitan dapat mengurangi kekuatan kawat. Di luar negeri terdapat juga pembuatan bronjong dengan satu lilitan. Mata anyamannya berbentuk segi empat (lihat gambar 2).





Bronjong kawat biasanya berbentuk prismatis, sebagai bentuk kasur dan sisi-sisinya merupakan tempat-tempat yang lemah maka itu sisi-sisinya perlu diperkuat. Pada umumnya bronjong berukuran: tebal 0.50 m, lebar 1.00 m dan panjang 3.00 m (lihat gambar 3).




Bronjong yang dibuat tebal dan panjang menyimpang dari ukuran di atas, misalnya dengan ukuran tebal 1.00 m, lebar 1.00 m dan panjang 3.00 m, harus tiap-tiap 1.00 m panjang dibuat dinding antara (tussen schotten) supaya kuat. Rusuk-rusuk bronjong harus diperkuat dengan kawat dan bilamana perlu kawatnya ini dirangkap. (lihat gambar 5).




Latest
Previous
Next Post »
0 Komentar